3.4 Parabolic SAR dan Bollinger Bands
Parabolic SAR
Pada tahun 1978 Dalam bukunya “New Concepts in Technical
Trading”, J Welles Wilder memperkenalkan
Parabolic SAR ( biasa disingkat penyebutannya hanya dengan SAR saja ) bersama
dengan RSI sebagai salah satu indikator utama dalam bertrading. SAR sendiri
merupakan kependekan dari Stop And Reverse yang kurang lebih diartikan sebagai
indikator penentu titik Stop Loss dalam trading.
Dalam perkembangannya dikemudian hari, Parabolic SAR menjadi
salah satu indikator efektif dalam menentukan kondisi market yang sedang trend
(trending market) bersama dengan fasilitas yang bernama Trailing Distance yang
banyak disediakan pada berbagai platform forex trading.
Penggunaan Parabolic SAR
Kegunaan Parabolic SAR sama persis dengan Moving
Average atau trend indicator lainnya. Hanya saja Wilder menciptakan
indikator ini untuk mengeliminir kekurangan MA yaitu sifatnya yang membentuk
kurva sehingga sering kali terjadi mis interpretasi. Dengan SAR yang berupa
titik, trend naik atau turun menjadi kelihatan lebih pasti dan tidak lagi
menimbulkan salah tafsir.
Pada SAR, ketika harga sedang dalam trend naik, maka titik
SAR berada dibawah dari pergerakan harga. Sebaliknya ketika market sedang dalam
trend turun maka titik SAR berada di atas dari pergerakan harga. Perhatikan
gambar berikut:
Pada gambar diatas tampak titik SAR berada diatas bar yang
menunjukkan bahwa harga sedang berada dalam trend turun.
Sekarang perhatikan gambar dibawah ini:
Seperti telah disinggung diatas, kelebihan Parabolic SAR adalah tampilannya yang berupa titik sehingga dengan demikian memudahkan seseorang dalam membaca keadaan market. Trader cukup melihat dimanakah posisi titik SAR apakah dibawah atau diatas dari bar untuk mengetahui trend yang sedang terjadi.
Lebih dari itu, semakin jauh jarak antara titik SAR dengan
harga tertinggi atau terrendah dari bar, itu menAndakan semakin kuat trend
naik/turun yang terjadi.
Setelah Anda mengetahui bagaimana caranya membaca Parabolic
SAR, Saya rasa kini menjadi lebih mudah untuk menggunakannya untuk melakukan
aksi buy, sell atau hold. Perlu disampaikan disini, bahwa sangat disarankan
untuk menggunakan SAR bersama indikator lainnya (Saya pribadi menyarankan
menambahkannya dengan indikator yang bersifat oscillator seperti Stochastic
atau RSI).
Ini disebabkan sama halnya dengan trend indicator lainnya,
seringkali indikator jenis ini lamban dalam mengakomodasi perubahan harga.
Demikian juga dengan SAR. Itu sebabnya disarankan untuk menambahkan oscillator
yang cenderung lebih cepat sehingga keduanya dapat saling mengimbangi. SAR
dapat mengurangi kecepatan Oscillator sedangkan Oscillator dapat berlaku
sebaliknya.
Mari Kita perhatikan gambar berikut ini:
Pada area yang Saya lingkari dengan warna ungu merupakan titik
konfirmasi kedua indikator menunjukkan arah yang sama. Stochastic memberikan
sinyal bahwa harga sedang berada dalam trend naik dan titik SAR juga sedang
berada dibawah yang artinya juga menunjukkan harga bergerak naik. Aksi buy
dapat dilakukan dalam keadaan ini.
Lingkaran ungu kedua disebelah kanan juga menunjukan kasus
yang sama namun lebih baik lagi hasilnya karena rupanya titik SAR dan
Stochastic menunjukkan kondisi uptrend namun dalam keadaan dimana uptrend baru
saja dimulai. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh bisa jauh lebih besar
dibandingkan lingkaran ungu yang pertama.
Sederhana bukan? Anda dapat memadukan SAR dengan
indikator-indikator lainnya seperti dengan MACD atau dengan RSI bergantung
indikator mana yang terbaik dan cocok dengan gaya trading Anda sehari-hari.
Harap diingat disini bahwa setiap trader memiliki indikator kesukaannya
masing-masing.
Parabolic SAR dan Stop Loss
Nah Kita masuk dalam bahasan kegunaan SAR yang cukup unik
disini. Bahkan hanya SAR yang memiliki kemampuan seperti ini yaitu kegunaan SAR
sebagai penentu titik Stop Loss. Ingat bahwa SAR merupakan kependekan dari Stop
and Reverse yang kurang lebih artinya berhenti lalu berbalik arah.
Titik SAR bukan saja dapat digunakan sebagai penentu up
trend atau down trend. Begitu juga jarak antara titik SAR dengan harga
terrendah atau tertinggi dari bar yang ada bukan hanya dapat digunakan sebagai
penentu kuat lemahnya trend yang terjadi. Lebih dari itu, jika Anda adalah
seorang trader dengan Stop Loss (sangat disarankan bertrading menggunakan
Stop), maka kabar baiknya titik SAR dapat Anda gunakan sebabagi titik Stop Loss
Anda.
Beberapa trader pemula kebanyakan sangat membenci fasilitas
yang satu ini yaitu Stop Loss. Alasannya adalah karena jika mereka memasang
Stop Loss maka kerap kali posisi mereka menyentuh titik Stop yang artinya
adalah kerugian bagi mereka. Akhirnya mereka lebih memilih untuk membiarkan
harga terfloating dengan santainya sambil menunggu “malam berakhir” dan “pagi
bersinar” alias harga berbalik arah sehingga posisi negatif mereka berganti
dengan positif.
Kabar buruknya bagi Anda yang bertrading dengan cara
demikian adalah bahwa akan tiba masanya dimana mungkin malam tidak akan pernah
berakhir dan pagi tak kunjung datang alias margin
call terjadi. Ini bukan hanya satu dua kali Saya lihat, tetapi sebagian besar
mereka yang bertrading tanpa adanya stop loss selalu berujung pada jurang yang
sama. Sesuatu yang sudah Saya terangkan ribuan kali kepada setiap investor
pemula yang herannya sangat jarang dipatuhi.
Ingat Saudaraku, Stop Loss ada bukan untuk membuat Anda
merugi. Dia ada untuk membatasi kerugian
Anda dan menjauhkan diri Anda dari mimpi buruk yang bernama margin call. Tentu
Anda tidak ingin bukan bertrading hanya satu-dua kali lalu kemudian hancur
lebur hanya karena adanya satu posisi yang salah. Tidak ada satu pun trader
yang tidak pernah salah dalam menentukan posisi. Bahkan Saya yang menulis
artikel ini pun kerap kali terperosok dikarenakan kesalahan posisi. Tidak
masalah berapa kali Anda salah dalam menentukan posisi yang penting adalah secara agregat Anda tetap profit!
Nah mari Kita kembali pada bahasan SAR dan Stop Loss Kita.
Sudah melenceng terlalu jauh ini…
Perhatikan gambar dibawah ini:
Nah pada gambar di atas diperlihatkan bahwa ketika titik SAR
berpindah dari di atas menuju ke bawah, maka itu adalah indikasi downtrend
telah selesai dan dilanjutkan kembali dengan uptrend. Dalam kondisi demikian
maka saatnya untuk melakukan aksi Buy. Namun seperti Kita pahami bersama bahwa
bagaimana pun Kita tidak dapat memastikan 100% bahwa harga akan terus menerus naik.
Dengan demikian Kita perlu menggunakan batasan Stop Loss (SL) dalam membuka
posisi. Titik SAR yang paling bawah dapat Kita gunakan sebagai patokan
tersebut.
Anda juga dapat menggunakan fasilitas SAR ini dengan
memadukannya pada fasilitas trailing distance pada platform. Berbeda denga Stop
Loss yang bersifat statis dan tidak dapat bergeser secara otomatis, trailing
merupakan Stop Loss yang dinamis atau dapat bergerak mengikuti pergerakan
harga.
Contohnya pada gambar diatas, apabila Anda membuka posisi
Buy pada harga 1.9635 itu artinya terdapat jarak 44 point dengan titik Stop
mula-mula Anda (1.9635 -1.9591). Itu artinya Anda dapat menentukan bahwa jarak
Stop Anda tidak boleh lebih dari 44 point jika Anda menggunakan Traling
Distance sebagai fasilitas Stop Anda. Jika suatu saat harga bergerak naik ke
1.9700 maka secara otomatis Stop Loss Anda akan bergeser ke 1.9656 alias tetap
berjarak 44 point jika Anda menggunakan Stop Loss dengan model Trailing
Distance.
Sebagian besar platform forex trading menyediakan fasilitas
trailing ini kepada nasabahnya. Jika Anda adalah seorang SAR user, mungkin Anda
perlu menggunakan fasilitas ini.
Pada platform GAIN Capital ( Forex.com ) juga terdapat fasilitas ini. Pada
dasarnya membuka posisi dan menambahkan titik trail adalah salah satu langkah
yang amat baik dalam menentukan kebijakan profit Kita. Dengan trail, Anda tidak
perlu lagi menambahkan Limit sebagai batasan keuntungan Anda. Trailing dapat
berguna sebagai Stop Loss dan juga Limit. Gambar dibawah ini adalah fasilitas
trail pada platform forex.com:Pantangan pada Parabolic SAR
Kita sudah mempelajari berbagai aspek indikator ini. SAR
sangat efektif digunakan dalam berbagai kondisi trending market. Namun ada saat
dimana SAR menjadi tidak efektif dan tidak dapat digunakan sebagai indikator
utama.
Kapankah itu?
Tepatnya saat market sedang bergerak dalam situasi sideways
atau tidak adanya trend pergerakan harga. Kondisi sideways ditAndai dengan
rapatnya jarak antara titik SAR dengan highest/lowest price yang ada. Kondisi
sideways yang lebih buruk ditAndai dengan berpindah-pindahnya titik SAR diatas
dan dibawah bar sehingga menyulitkan Kita dalam membuka posisi. Itu sebabnya
mengapa dari awal Saya menyarankan menggunakan SAR beserta indikator lainnya
sebagai penutup kekurangan SAR.
Perhatikan gambar berikut:

Jikalau Anda menggunakan trend indikator berbentuk kurva
seperti Moving Average maka akan nampak MA akan bergerak saling membelit
diantara 2 periode yang berlainan. Begitu juga dengan Stochastic.
Situasi sideways ini biasanya terjadi ketika market sedang
tutup atau para pelaku pasar sedang menunggu berita penting yang akan segera
muncul. Pembukaan posisi memang disarankan untuk tidak dilakukan pada saat
sideways. Kecuali Anda bersedia menunggu cukup lama dan mental yang cukup kuat
melihat posisi terfloating begitu lama.
Nah, sampai disini bahasan Kita mengenai Parabolic SAR.
Sekarang kita mempelajari indikator baru bernama Bollinger Bands.
Diciptakan oleh John Bollinger
pada awal 1980 an untuk membantu membandingkan volatilitas dan harga relatif
dalam satu periode analisis. Bollinger bands sendiri sebenarnya terdiri atas
tiga buah garis yang membentuk semacam sabuk pembatas terhadap pergerakan
harga. Namun dalam penerapannya garis tengah Bollinger Bands seringkali tidak
ditampilkan karena memang garis tengah tersebut hanyalah garis Moving Averages
biasa. Perhatikan gambar berikut :

Seperti telah diterangkan diatas, Bollinger Bands sendiri
bentuknya menyerupai sabuk yang menjadi pembatas pergerakan harga. Apakah Anda
menemukan sesuatu dari gambar diatas? Ya, apabila terjadi ketidak seimbangan
antara demand dan supply, maka Bollinger Bands akan lebih melebar dibandingkan
kondisi seimbang.
Sebagai contoh dari gambar di atas. Grafik merupakan
tampilan GBPUSD 1h pada tanggal 2 Mei 2007. Nampak ketika terjadi kenaikan
harga maka sabuk mengembang begitu rupa dibandingkan dengan keadaan pada saat
tidak ada trend atau trend tidak cukup kuat. Bahkan pada saat tertentu sabuk
menjadi begitu menyempit. Keadaan demikian boleh jadi akan menunjukkan dua
kemungkinan. Pertama adalah dikarenakan memang transaksi sedang benar-benar
sepi atau kedua adalah dikarenakan kebanyakan pelaku pasar sedang menunggu
sebuah berita untuk melakukan aksi pembelian/ penjualan selanjutnya.
Sebagai
volatility
indicator, sebenarnya Bollinger Bands tidak dapat berdiri sendiri. Indikator
ini biasanya digunakan hanya sebagai indikator awal untuk mengukur harga
relatif dan volatility (volatile = mudah berubah – volatility = tingkat
kecepatan dalam berubah). Bollinger Bands bukanlah indikator action, jadi
memang disarankan jika menggunakan indikator satu ini, gunakan juga indikator
lain sebelum mengambil keputusan untuk buy atau sell.

Karakter Bollinger Bands dan Penggunaan Bersama RSI
Setiap indikator tentulah punya karakter masing-masing. Begitu
juga dengan indikator satu ini. Satu hal yang unik yang dimilikinya adalah
Bollinger Bands memampukan tiap-tiap orang menginterpretasikan indikator ini
dengan caranya masing-masing. Meski ada beberapa aturan baku dalam Bollinger
Bands, tetapi bisa saja trader satu dengan trader lainnya memiliki cara yang
berbeda dan penggunaan yang berbeda dalam memakai Bollinger Bands. Berikut
adalah karakter umum yang berlaku pada Bollinger Bands:
- Bollinger Bands adalah indikator awal yang tidak dapat dipakai sebagai indikator action.Harus diapakai bersama indikator lainnya. Tentukan salah satu indikator yang terbaik bagi Anda sebagai indikator action, namun jangan memakai indikator action lebih dari satu. Beberapa indikator action yang baik adalah RSI, Stochastic ataupun momentum. Terserah Anda.
- Pada umumnya harga akan bergerak dalam sabuk, namun demikian dapat juga harga bergerak diluar dari sabuk. Ini dapat berarti akan terjadi reversal atau malah sebaliknya penguatan trend yang sedang berlangsung. Untuk mengetahuinya Kita dapat melihat indikator action yang Kita pakai.
- Penentuan periode dalam Bollinger Bands juga berpengaruh disini. Semakin kecil periode yang dipakai maka lebar sabuk akan semakin kecil dan demikian sebaliknya.
Jika Bollinger Bands Kita gabungkan dengan RSI, demikian hasilnya:
- Bila harga berada diluar upper band atau sama, sementara RSI masih berada dibawah zona overbought, maka ini berarti akan ada kelanjutan trend yang sedang terjadi. Sebaliknya bila RSI sudah berada diarea overbought dan sedang meninggalkan area overbought, maka ini berarti akan ada pembalikan trend dalam beberapa candle kedepan.
- Bila harga berada diluar lower band atau sama, sementara RSI masih berada dibawah zona oversold, maka ini berarti akan ada kelanjutan trend yang sedang terjadi. Sebaliknya bila RSI sudah berada diarea oversold dan sedang meninggalkan area oversold, maka ini berarti akan ada pembalikan trend dalam beberapa candle kedepan.

Perhatikan area yang dilingkari dan besar smoothing RSI. Pada 1.1932, besar smoothing RSI adalah 39.9429 dan harga telah menembus upper band dua kali secara berturut-turut. Ini mengindikasikan bahwa akan terjadi penerusan trend yang baru saja dimulai. Dalam kenaikan harga, tercatat beberapa kali juga harga menembus upper band namun RSI belum juga meninggalkan overbought area. Ini berarti trend masih akan terus terjadi sampai RSI meninggalkan overbought area.
Sekarang bandingkan dengan gambar berikut ini:

Pada area yang Saya lingkari smoothing RSI bernilai 31.7379
dan harga telah menembus lower band tiga kali dengan bullish candle. Dengan
demikian diperkirakan akan terjadi pembalikan trend seperti terlihat pada
candle berikutnya. Kenapa Saya dapat memberikan perkiraan bahwa akan terjadi
pembalikan trend dari bearish
menuju bullish? Itu karena selain indikator action Saya menunjukan harga telah
meninggalkan oversold area dan mengarah menuju overbought area.
Dapat disimpulkan dari penggunaan contoh disini, sebenarnya
pemaduan Bollinger Bands dengan indikator lainnya dapat Kita lakukan bila Kita
memahami penggunaan indikator lain tersebut dengan benar. Penggunaan indikator
yang tepat akan menghasilkan keputusan yang saling menguatkan dan menunjang
sehingga diperoleh berbagai keuntungan. Semakin Kita memahami penggunaan
indikator action maka semakin besar kesempatan Kita memanfaatkan Bollinger
Bands sebagai volatilitiy indicator.
0 komentar:
Posting Komentar