
Belajar Forex memang merencanakan untuk membahas topik ini jauh-jauh hari dan
menjadi salah satu kurikulum dari Sekolah Forex yang ada. Sekarang saatnya kami
merealisasikannya untuk melengkapi pengetahuan forex trading Anda.
Seperti kita ketahui bersama bahwa nilai tukar sebuah mata uang merupakan
cermin kondisi perekonomian sebuah negara. Meskipun memang tidak selalu
berbanding lurus tapi bolehlah kita menyederhanakan dengan statement bahwa bila
ekonomi sebuah negara baik maka mata uangnya cenderung menguat. Sekali lagi
tidak selalu tapi kecenderungan ini bisa dibilang cukup besar.
Ok, cukup berbasa-basinya. Sekarang mari langsung saja kami berikan kepada
Anda contoh kasus sederhananya. Apabila Anda memperhatikan pergerakan Dollar
Amerika pada belakangan ini, maka Anda akan
melihat bahwa pergerakan USD sangan
erat kaitannya dengan 2 kondisi utama:
- Perkembangan yang terjadi di bursa saham (dalam hal ini index Dow Jones menjadi wakilnya).
- Harga minyak mentah yang diperdagangkan di NYMEX
Kedua point ini sangat erat kaitannya dengan nilai tukar Dollar Amerika.
Bila bursa saham mengalami kenaikan biasanya USD ikut terkerek naik. Sebaliknya
bila harga minyak naik maka USD cenderung melemah.
Kali ini pembahasan akan kita fokuskan pada point ke 2 yaitu bagaimana
pengaruh sektor komoditi dengan nilai tukar sebuah mata uang. Tidak hanya harga
minyak, kita juga akan membahas beberapa komoditi lain yang erat kaitannya
dengan nilai tukar sebuah mata uang yang biasa kita tradingkan sehari-hari.
Harga Minyak, USD, NOK dan CAD
Minyak mentah akhir-akhir ini merupakan salah satu komoditas yang paling
seksi berhubung kenaikannya yang mencapai 50% dalam waktu beberapa bulan saja.
Perlu kita pahami bersama bahwa saat ini kebutuhan energi dunia masih sangat
bergantung dengan energi fosil. Minyak bumi bersama dengan gas alam dan batu
bara masih menyumbang lebih dari 80% kebutuhan energi dunia (termasuk Amerika
Serikat yang notabene merupakan negara yang mengkonsumsi energi terbanyak).
Gambar 1. Persentase
penyumbang kebutuhan energi Amerika Serikat. Sumber: Energy Information
Administration
Nah kalau Anda perhatikan bagan diatas terlihat bahwa bahan bakar fosil
masih memegang 86% pos sumber energi saat ini. Dan kabar buruknya adalah 40%
disumbangkan oleh minyak bumi! Apa artinya? Artinya adalah minyak bumi adalah
salah satu komoditas terpenting yang pernah diperdagangkan bursa komoditi.
Dikarenakan energi sangat dibutuhkan dalam kegiatan ekonomi modern (apa ada
dari Anda yang satu hari saja tidak pernah menggunakan bahan bakar sama
sekali?), maka ekonomi negara-negara di muka bumi ini sangat sensitif dengan
harga minyak bumi.
Bersyukurlah bagi negara-negara yang memiliki cadangan minyak bumi melimpah.
Negara seperti Iran, Dubai dan Russia tentu saja sangat diuntungkan dengan
melimpahnya cadangan minyak yang mereka miliki. Di Venezuela bahkan harga satu
liter bensin tidak lebih dari Rp 300 perak!! Ya benar! Ngga ada yang salah
ketik kok, beneran tiga ratus perak. Jadi ingat tahun 1980an dulu ya?
Nah bagaimana dengan negara yang tidak memiliki minyak yang mencukupi? Ya
tentu saja harus mengimpor. Amerika Serikat misalnya, negara ini tidak memiliki
cadangan minyak yang valid dan siap memenuhi kebutuhan minyak dalam negerinya
sendiri. Ditambah dengan besarnya konsumsi minyak negara Paman Sam ini, maka US
menjadi salah satu negara yang sangat peka dengan kenaikan harga minyak.
Perhatikan tabel dibawah ini:
Nah ini adalah data tahun 2006. Jangan berharap tahun 2007 atau tahun 2008
tingkat konsumsinya lebih rendah. Sebaliknya justru lebih tinggi. Dan
perhatikan, konsumsi minyak US hampir 3x lipat bahkan untuk negara berkembang
pesat seperti China!
Data yang dihimpun Belajar Forex diketahui bahwa Amerika Serikat hanya mampu
memproduksi 8.330.000 barrel minyak perharinya. Dengan demikian 12.357.000 barrel
lainnya harus diimport. Kalikan saja dengan 365 hari maka Anda akan mendapatkan
seberapa besar kebutuhan minyak US dalam barrel. Nah kalau minyak mengalami
kenaikan 50 Dollar selama 6 bulan belakangan ini, hitung-hitung sedikit maka
Anda akan mendapatkan nominal sekitar 225,5 Milyar Dollar US yang harus
ditambahkan oleh Paman Sam untuk membiayai konsumsi minyaknya. Kalau uang
sebanyak itu dipakai untuk makan di warteg dapat berapa piring ya (yang ini
tidak usah dihitung)?
Sampai disini sudahkah Anda memperoleh gambaran mengapa begitu minyak mentah
mengalami kenaikkan Dollar Amerika akan segera melemah? Benar! Dengan naiknya
harga minyak mentah maka akibatnya biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk
mencukupi kebutuhan energinya akan semakin membengkak, defisit neraca akan
semakin besar, dan sendi-sendi ekonomi menjadi melemah. Akibatnya tentu saja US
Dollar akan mengalami pelemahan signifikan. Sekarang mari kita lihat
aplikasinya:
Gambar 2. Grafik
pergerakan EURUSD weekly 15 April 2007 hingga 02 Agustus 2008. Tampak EURUSD
mengalami penguatan signifikan.
Gambar 3. Harga minyak
mentah 15 Januari 2007 hingga 02 Agustus 2008. Terlihat mirip dengan grafik
EURUSD?
Kalau kita mengira ini hanyalah sebuah kebetulan, kita salah besar. Pola
seperti ini telah berlangsung semenjak naiknya harga minyak mentah dunia
semenjak awal tahun 1980an. Ya tentu saja jangan membandingkannya dengan EURUSD
karena tahun 1980an EUR belum diterbitkan. Anda dapat membandingkannya dengan
GBPUSD misalnya.
Ada satu lagi alasan mengapa bila harga minyak mengalami kenaikan Dollar
Amerika mengalami pelemahan. Alasan lainnya adalah dikarenakan harga minyak
dunia dipatok dalam Dollar Amerika. Sebenarnya logika ini merupakan logika
terbalik namun akhir-akhir ini cederung justru mengalami kevalidan.
Yang dimaksud terbalik adalah karena pada dasarnya adalah dimulai terlebih
dahulu dengan melemahnya Dollar, berdampak pada minyak dan lalu kemudian
kembali lagi menjadi bola salju yang semakin melemahkan Dollar. Ketika para
trader forex melihat USD yang cenderung melemah, maka dengan demikian setiap
institusi yang memiliki cadangan dana untuk kebutuhan minyaknya membutuhkan
Dollar lebih mahal untuk mendapatkan setiap barrel bahan bakar. Akibatnya
adalah mereka terpaksa mengalihkan cadangan dana yang mereka punya tidak lagi
ke Dollar Amerika tetapi ke mata uang lain yang lebih stabil seperti Euro
atau Pound. Tentu saja ini mengakibatkan aksi jual besar-besaran terhadap
Dollar. Akibatnya ya tentu saja Dollar akan semakin melemah (inilah yang
dimaksudkan dengan bola salju). Jadi dimulai terlebih dahulu dengan melemahnya
Dollar, harga minyak naik dan kembali lagi dengan semakin melemahnya Dollar.
Kami harap Anda memahaminya.
Dengan demikian catatlah satu pelajaran berharga kita yang pertama dalam
kaitan komoditi dengan pasar forex:
Pelajaran 1: USD cenderung melemah bila harga minyak mengalami
kenaikan.
Berikutnya mari kita lihat hubungan antara harga minyak dengan Norwegia dan
Kanada. Lain Amerika Serikat lain lagi dengan Kanada dan Norwegia. Bila US
merupakan importir minyak terbesar dunia, Kanada terkenal merupakan salah satu
negara eksportir minyak dan memiliki cadangan minyak kedua terbesar setelah
Saudi Arabia. Hal yang sama juga berlaku untuk Norwegia. Mungkin jarang yang
tahu bahwa negara Skandinavia ini merupakan salah satu negara eksportir minyak.
Tahun 2007 Kanada mengekspor 1.888.000 barrel perhari ke Amerika Serikat. Sementara
itu, Norwegia merupakan eksportir minyak ke-4 terbesar didunia dengan nominal
sebanyak 2.542.000 barrel perharinya.
Dengan demikian seharusnya bila harga minyak mengalami kenaikan maka
perekonomian Kanada dan Norwegia semakin bertambah makmur bukan? Setidaknya
demikianlah para trader forex beranggapan. Dengan demikian nilai tukar kedua
negara ini akan menguat terhadap Dollar atau Yen Jepang misalnya. Oh ya, Jepang
juga merupakan salah satu konsumen minyak terbesar. Ketiga setelah US dan
China.
Ok mari kita lihat pembuktiannya:
Gambar 4. USDCAD Weekly 7
Januari 2007 - 02 Agustus 2008. Tampak CAD menguat, grafik menuju ke bawah.
Gambar 5. Harga minyak
mentah 15 Januari 2007 hingga 02 Agustus 2008.
Nah menunjukkan korelasi yang cukup signifikan bukan. Bagi Anda yang belum
mengerti, grafik forex untuk
pair
USDCAD akan bergerak turun bila CAD-nya menguat. Ini disebabkan penulisan
pasangan ini adalah USDCAD bukan CADUSD. Berbeda dengan EURUSD dimana EUR
disebutkan lebih dahulu dibandingkan USD-nya.

Sekarang bagaimana dengan Norwegian Krona? Well setali tiga uang.
Gambar 6. USDNOK Januari
2007 hingga Agustus 2008. NOK cenderung menguat terhadap USD.
Norwegian Krona memang jarang diperdagangkan oleh trader Indonesia. Mungkin
karena tidak banyak pialang yang menyediakannya. Padahal ini dapat menjadi
salah satu alternatif pasangan transaksi yang sangat menarik.
Pelajaran kedua: Bila harga minyak menguat, Dollar Kanada dan
Norwegian Krona cenderung menguat.
Nah rasanya sudah cukup jelas bukan mengapa minyak mentah sangat
mempengaruhi nilai tukar beberapa negara? Memang tidak semua. Beberapa negara
yang sangat rentan dengan harga minyak adalah US, Kanada, Norwegia dan terakhir
adalah Jepang. Sayangnya kita tidak dapat bermain forex dengan Real Saudi
Arabia atau mata uang negara Kuwait misalnya. Tetapi cukuplah beberapa negara
ini.
Dalam kasus-kasus tertentu utamanya saat kondisi bursa komoditi sedang
sangat bergejolak, laporan cadangan minyak US juga dapat mempengaruhi nilai
tukarnya. Bila cadangan minyak Amerika Serikat menurun maka mata uangnya juga
cenderung menurun dikarenakan aksi panic selling on USD. Ini tidak berlaku
setiap waktu hanya dalam saat-saat minyak sedang diperhatikan oleh kebanyakan
trader komoditi.
Ok, sedikit keterangan penjelas, hal yang sama juga berlaku untuk Yen Jepang
yang memang merupakan negara konsumen minyak juga. Jadi logika ini juga valid
untuk Yen.
Pada bahasan berikutnya kita akan kembali membahas beberapa mata uang yang
rentan dengan perubahan harga komoditas. Tapi kali ini tidak lagi dengan minyak
mentah tetapi barang tambang lainnya. Silakan lanjutkan ke artikel berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar